Deskripsi
Dalam perkembangan puisi Indonesia modern terlihat
suatu bentuk inovasi yang bertolak dari tradisi perpuisian
yang sudah sangat lama. Puisi-puisi tersebut memperlihatkan
ciri-ciri ekspresi yang hampir sama dengan apa yang terlihat
dalam sastra lisan mantra. Sutardji Calzoum Bachri, salah
seorang tokoh puisi tersebut, menyatakan bahwa ia ingin
mengembalikan kata pada mantra. Hal seperti itulah yang
disebutnya sebagai “menulis puisi”.
Sebagai jenis sastra bergenre puisi, mantra menjadi unik
dan menarik bagi penyair Indonesia modern oleh adanya (1)
unsur magis (suasana misteri) yang tidak dibuat-buat, (2)
kepercayaan akan pengaruh kata, dan (3) daya ekspresi yang
paling elementer dan asasi. Daya ekspresi itu terlihat antara
lain dalam (1) pemakaian bentuk ulang dan (2) pengucapan.
Sebagai contoh,
TAK
Sutardji Calzoum Bachri
guruh takada kilat tak
teriak takada panggil tak
bisik tak ada himbau tak cakap takada kata tak
angin takada desir tak
gerak takada tanda tak
sayap tak ada langit tak
tangan takada gapai tak
ada takada kau tak
lengangngng
datanglah tempelengngngng!
Puisi di atas apabila diperbandingkan dengan mantra
berikut ini akan terlihat jelas ciri-ciri ekspresi yang sama atau
hampir sama antara keduanya. Makanya, disebut puisi mantra.
MAKNA HARFIAH PUISI KONTEMPORER INDONESIA: PUISI MANTRA
Copyright © Mahmud Hidayat
Penulis: Mahmud Hidayat
Editor: Sapta Arif Nurwahyudin
Penata Letak: Arif Tunjung Pradana
Penata Sampul: Raditya Pramono
Sebagian ilustrasi diambil dari internet
CV KEKATA GROUP
Kekata Publisher
kekatapublisher@gmail.com
kekatapublisher.com
Fanspage: Kekata Publisher
Jalan Sumbing Raya No. 27B, Mojosongo, Kec. Jebres
Surakarta, Jawa Tengah 57127
Cetakan Pertama, Agustus 2019
Surakarta, Kekata Publisher, 2019
xvi 79 hal; 14 ×21 cm
ISBN: 978-602-476-074-8
Ulasan
Belum ada ulasan.