“Harus ya soal agama diperdebatkan?”
Ruang kelas pun sunyi, gadis itu melanjutkan perkataan,
“Bukan pada apa yang kita yakini tetapi seberapa besar keyakinan kita terhadap apa yang kita yakini
Ruang kelas masih sunyi, dua puluh kepala yang semula berbeda pikir saat ini sedang menunggu kelanjutan perkataan gadis manis berkerudung cokelat di pojok kanan, belakang, berdirinya jauh dari mana-mana tetapi suaranya lantang terdengar ke mana-mana.
Ia pun melanjutkan,
“Agama adalah keyakinan setiap manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang tidak untuk diperdebatkan tetapi diamalkan ajaran ajaran baiknya untuk perdamaian umat manusia.”
Belum selesai si gadis manis itu memaparkan pemikirannya, tiba-tiba terdengar pintu kelas diketuk dari luar, seorang karyawan kampus masuk mengingatkan bahwa sudah waktunya pergantian kelas,
“Baik kelas, terima kasih untuk hari ini, kita lanjut besok pagi ya,” kata dosen yang mengajar.
Serentak seluruh mahasiswa bergegas keluar kelas.
Tersisa si gadis manis bersuara lantang tadi yang masih memasukkan satu per satu bukunya ke dalam tas,
“Banyak sekali bawaanmu, Nada,” tegur sang dosen.
Gadis bernama lengkap Qotrunnada Humairoh itu sontak terkejut
“Bapak, mengagetkan saja,” protesnya. Ia lalu berdiri dan tersenyum pada dosen mata kuliah pengantar antropologi yang sudah berada di samping mejanya tanpa ia sadari, tampannya, ucap Nada dalam hati.
Mereka saling bertatap sejenak tanpa percakapan.
Ulasan
Belum ada ulasan.