BIWARA …

Penulis: Bambang Sugiri

ISBN: 978-602-476-045-8

Cetakan Pertama, September 2018

vi + 70 hal; 14,8×21 cm

 

CV KEKATA GROUP

Kekata Publisher

kekatapublisher@gmail.com

kekatapublisher.com

Fanspage: Kekata Publisher

“Cafebaca” Jalan Kartika, Gang Sejahtera 1 No. 3, Jebres, Surakarta, Indonesia

 

Biwara adalah seorang dwija atau guru yang mumpuni dari berbagai ilmu, tinggal di Padepokan Giri Lawu. Jumlah muridnya ada sembilan belas, mereka berasal dari latarbelakang anak miskin, anak prajurit, anak pemabuk hingga anak yang bodoh, malas, dan nakal. Bahkan di saat menjadi siswanya, ia harus menangani murid yang berkelahi, mengambil barang milik orang tanpa izin. Namun dengan penuh kesabaran serta rasa kasih sayang, semuanya bisa dilalui dengan baik.

Dari perilaku yang macam-macam para siswa, ternyata menumbuhkan siswa yang kreatif. Mereka ada yang menjadi pemahat, pandai besi, bercocok tanam, rajin membaca ilmu pengetahuan, bela diri, dan sebagainya. Hal itu terbukti ketika lulus dari pedepokan, mereka memiliki keterampilan serta hidup yang berguna di masyarakat. Terbukti ada yang menjadi hakim, prajurit wiratama, kepala desa, dan sebagainya. Ada juga dari dua muridnya yang menjadi menantunya, kebetulan Dwija Biwara memiliki dua gadis.

Ada kata-kata yang diciptakan Dwija Biwara, hingga anak yang dulunya bodoh, malas, dan nakal itu menjadi seorang hakim.

Tak ada murid yang bodoh. Saya akan selalu dekat denganmu, Nak. Biar kau dikatakan bodoh, malas, dan nakal. Yang penting, murid harus belajar rajin serta sopan kepada siapa pun. Ingat, ada tiga jenis guru yaitu guru yang baik, guru yang pandai, serta guru yang hebat.”

“Yang dimaksud guru yang baik adalah guru yang bisa menjadi teladan siswanya. Lalu guru yang pandai adalah guru yang mengajarkan jenis pelajarannya. Sedangkan guru yang hebat adalah guru yang mampu menjadi penyemangat, sehingga mampu menyalakan api pikiran muridnya dari rasa bodoh, malas, rasa putus asa, bahkan nakal, serta membangun kepercayaan kemampuan siswanya”.

Pada akhir cerita, kedua putri Dwija Biwara menikah dan hidup bahagia dengan pasangan masing-masing, Sasadara menikah dengan Bayu dan Sitaresmi menikah dengan Sidikara. Kedua menantu itu dahulu adalah murid di Padepokan Giri Lawu. Semua murid Dwija Biwara menjadi orang yang berpengaruh dalam masyarakat. Berkat ajaran Asta Dasa Brata Pramiteng Prabu yang diajarkannya, mereka pegang teguh dan laksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

 

Rp55.000

BIWARA …

Deskripsi

Penulis: Bambang Sugiri

ISBN: 978-602-476-045-8

Cetakan Pertama, September 2018

vi + 70 hal; 14,8×21 cm

 

CV KEKATA GROUP

Kekata Publisher

kekatapublisher@gmail.com

kekatapublisher.com

Fanspage: Kekata Publisher

“Cafebaca” Jalan Kartika, Gang Sejahtera 1 No. 3, Jebres, Surakarta, Indonesia

 

Biwara adalah seorang dwija atau guru yang mumpuni dari berbagai ilmu, tinggal di Padepokan Giri Lawu. Jumlah muridnya ada sembilan belas, mereka berasal dari latarbelakang anak miskin, anak prajurit, anak pemabuk hingga anak yang bodoh, malas, dan nakal. Bahkan di saat menjadi siswanya, ia harus menangani murid yang berkelahi, mengambil barang milik orang tanpa izin. Namun dengan penuh kesabaran serta rasa kasih sayang, semuanya bisa dilalui dengan baik.

Dari perilaku yang macam-macam para siswa, ternyata menumbuhkan siswa yang kreatif. Mereka ada yang menjadi pemahat, pandai besi, bercocok tanam, rajin membaca ilmu pengetahuan, bela diri, dan sebagainya. Hal itu terbukti ketika lulus dari pedepokan, mereka memiliki keterampilan serta hidup yang berguna di masyarakat. Terbukti ada yang menjadi hakim, prajurit wiratama, kepala desa, dan sebagainya. Ada juga dari dua muridnya yang menjadi menantunya, kebetulan Dwija Biwara memiliki dua gadis.

Ada kata-kata yang diciptakan Dwija Biwara, hingga anak yang dulunya bodoh, malas, dan nakal itu menjadi seorang hakim.

Tak ada murid yang bodoh. Saya akan selalu dekat denganmu, Nak. Biar kau dikatakan bodoh, malas, dan nakal. Yang penting, murid harus belajar rajin serta sopan kepada siapa pun. Ingat, ada tiga jenis guru yaitu guru yang baik, guru yang pandai, serta guru yang hebat.”

“Yang dimaksud guru yang baik adalah guru yang bisa menjadi teladan siswanya. Lalu guru yang pandai adalah guru yang mengajarkan jenis pelajarannya. Sedangkan guru yang hebat adalah guru yang mampu menjadi penyemangat, sehingga mampu menyalakan api pikiran muridnya dari rasa bodoh, malas, rasa putus asa, bahkan nakal, serta membangun kepercayaan kemampuan siswanya”.

Pada akhir cerita, kedua putri Dwija Biwara menikah dan hidup bahagia dengan pasangan masing-masing, Sasadara menikah dengan Bayu dan Sitaresmi menikah dengan Sidikara. Kedua menantu itu dahulu adalah murid di Padepokan Giri Lawu. Semua murid Dwija Biwara menjadi orang yang berpengaruh dalam masyarakat. Berkat ajaran Asta Dasa Brata Pramiteng Prabu yang diajarkannya, mereka pegang teguh dan laksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

 

Informasi Tambahan

Berat 100 gram

Ulasan

Belum ada ulasan.

Jadilah yang pertama memberikan ulasan “BIWARA …”

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

0
    0
    Keranjang Belanja Anda
    Keranjang Belanja Anda Kosong⬅️ Kembali Belanja